Monday, October 1, 2012

Bukan itu yang Saya cari...

Hari ini saya KECEWA dengan tempat saya bekerja.

Ini kalimat yang ingin saya katakan sejak keluar dari ruangan bu Teti. Ya, pagi ini saya mengumpulkan keberanian untuk menghadap bos saya. Saya hanya bertanya mengenai kontrak kerja. Saya tahu beliau tidak tahu apapun masalah ini. Saya hanya berharap ada pembelaan darinya yang (menurut saya) selalu memperjuangkan saya untuk tetap bekerja disini. Di rumah sakit ini.

Beliau memang setuju dengan pendapat saya yang tidak setuju dengan beberapa pasal dalam kontrak.

1. Pasal yang menyebutkan bahwa kami harus mengajukan permohonan tertulis untuk memperpanjang kontrak kerja. (yang menurut saya seolah-olah menyiratkan bahwa kami akan selalu dianggap sebagai pegawai baru dan masa kerja kami tidak dihitung)
2. Dan yang menghilangkan pasal yang menyatakan bahwa kami berhak untuk mendapatkan penghasilan lain-lain. (yang menurut saya seperti meniadakan hak remunerasi bagi kami)

Akhirnya bos saya itu menyuruh saya untuk bertanya langsung dengan salah satu pejabat di bagian kepegawaian. Saya memilih bu Teti. Diluar dugaan ternyata beliau menjelaskan bahwa saya salah mengerti tentang pasal yang pertama. (alhamdulillah...saya salah)

Pasal kedua pun bu Teti juga mengatakan bahwa saya salah. Tapi di sela-sela pernyataannya itu dia bilang bahwa yang membuat surat kontrak itu adalah Pak Pungki, sang Wakil Direktur Umum dan Keuangan (saya ulangi lagi Wakil Direktur Umum dan Keuangan!!!Keuangan!!!).

Bayangkan, sang Wadir keuangan saja sudah jelas-jelas menghapus pasal tersebut. Boleh dong kalau saya menyimpulkan bahwa rumah sakit tempat saya bekerja dengan sengaja menghapus pasal tersebut. Yang berarti dengan sengaja mengurangi pendapatan kami, karyawan yang setaraf outsourcing (karena gaji dibawah UMR), yang disamarkan namanya menjadi pegawai BLUD Non CPNS (karena dengan UU yang ada saat ini kami tidak akan bisa diangkat menjadi CPNS apalagi PNS).

Bu Teti juga sepertinya sudah give up. Sepertinya menyerah memperjuangkan kami. Saya malah disuruh untuk terus mencoba mencari pekerjaan di tempat lain.  Karena dia tahu kalau tidak ada masa depan disini. Sedangkan saya masih muda. Masih punya banyak kesempatan.

SAYA SANGAT SETUJU DENGAN BU TETI

Saya memang setuju dan pemimpin memang seharusnya begitu. Bicara yang sejujurnya. Selalu memberi kesempatan anak buahnya untuk berkembang meski itu berarti harus pergi.

Tapi Stop! bukan itu masalahnya. Sekarang saya masih disini. Bekerja di tempat yang tidak memihak saya dan pegawai BLUD lainnya. Selama saya masih disini, saya akan berusaha memperjuangkan hak kami. Hingga status, gaji, dan jenjang karir kami jelas.

Kami akan mencoba bicara dengan "mereka".

Bila kami tidak didengar, saya akan diam.

"Mereka" boleh menyuruh saya bekerja hingga tenaga saya habis. Tapi tidak otak saya.
Saya akan bersikap seperti robot. Bekerja. Itu saja. Tidak lebih.
Ambil keringat saya. Tapi tidak Ide saya. Pemikiran saya tidak sedikit pun untuk "mereka".


NB : 
Tadi saat menghadap bos dan bertukar pikiran. Di akhir obrolan beliau justru mengatakan "kalau memang tidak dapat remunerasi biar diberi sama bagian saja. anggaran kita masih cukup kok."

Saya miris mendengarnya. Karena sebenarnya bukan itu yang saya cari. Saya bekerja tidak semata-mata demi uang. Tapi demi masa depan saya.