- Love itu verb atau noun, kata kerja apa kata benda… Saya cuma bengong saja karena tidak mengerti maksudnya apa. Dia akhirnya menjelaskan bahwa Love itu adalah Verb, kata kerja, jadi kita harus ‘bekerja’ untuk cinta. Tidak bisa take it for granted. Harus aktif bukan pasif… -
Penggalan paragraf ini aku ambil dari blognya Uti Brata. Nggak kenal orangnya sih...tapi suka sama kalimat di atas. Jjadi numpang nyontek deh! hehehe ^^
Lumayan buat dijadiin nasehat buat diri sendiri yang sampe sekarang masih juga jomblo!xixixi ^^
Maklum banyak yang udah berkoar-koar...tapi akunya tetep aja cuek. Mau nyari tapi kok ya agak males ya...abis slama ini aku berprinsip kalo cewek yang deketin duluan kan gengsi. Jadi ya...biarin cowok yang beraksi.
Kayaknya prinsipku ini kok nggak bekerja baik ya di jaman sekarang.heheh ^^
Lucunya setiap ada orang yang nanya "cowokmu anak mana?" dan aku jawab "gak ada" pasti orang2 itu pada nggak percaya. Dikiranya aku bo'ong kali yah??? padahal kan tampangku cute gini...gak ada tampang tukang bo'ongnya sama sekali...tapi masih juga gak percaya...yawda :P
Ada satu lagi kata-kata yang oke di note-nya mbak Uti. Waktu bapaknya nanya “Prass dah pernah putus cinta belum sebelumnya?”. Waktu si mbak Uti bilang udah...eh, si Bapak malah bilang ” Bagus, kalau dia sudah tahu sakitnya putus cinta, mudah-mudahan dia tidak melakukan itu ke kamu”. How wise he is…
Gitu kali ya firasat seorang ayah...ortu lebih tepatnya. Mereka kayak udah tau apa yang baik buat kita dan juga orang mana yang tepat buat kita (dukun kalah niiih!xixixi). Mungkin itu karena ikatan istimewa ortu-anak.
Makanya nggak salah kalo semua ortu itu selalu cerewet dan komentar ini-itu sama apa yang kita lakuin. Kan semua itu buat kebaikan kita-kita juga...(so sweet...)
Tapi dasar anak...ya seringnya nggak sadar sama hal-hal beginian. Egoisnya mlulu yang diduluin. Padahal ortu itu selalu sayang, khawatir kalo terjadi apa-apa sama anak-anaknya.
Yah...mungkin itu cuma salah satu cara mereka nunjukin rasa sayang dan cintanya ke kita. Salah satu cara ortu 'bekerja' untuk 'cinta'.
(Walah...kok tulisannya jadi agak-agak nggak nyambung sama rencana semula ya????gak po po wes...hehe ^^)
Monday, May 30, 2011
Friday, May 27, 2011
Menatap Bencana Lapindo Lebih Dalam
Kemarin tepat peringatan lima tahun bencana Lumpur Lapindo di Porong-Sidoarjo. Sehari sebelumnya, akses jalan Porong pun sempat lumpuh karena dipadati oleh para korban lumpur lapindo yang kembali berdemo menuntut adanya ganti rugi atas hilangnya nyawa, tanah, rumah, serta harta benda lainnya akibat bencana tersebut.
Tahun 2007...
Mata kuliah Komunikasi & Pembangunan mengharuskan kami, para mahasiswa, untuk mencari lokasi yang cocok untuk dikembangkan. Saya bersama kelompok (Tiara, Fitri, Sapi, Rani, Ponca, Agenk, Stalon) memilih lumpur lapindo untuk tempat PKL kali ini.
Cewek-cewek berangkat ke lokasi naik komuter, yang cowok bawa motor. Beberapa berangkat dari stasiun Gubeng, dan aku berangkat dari stasiun Waru. Janjian ketemu di komuter (untung aja bisa ketemu..hehe ^^).
Kami turun di stasiun Porong terus jalan kaki ke Pasar Baru Porong yang udah diubah jadi tempat pengungsian korban lumpur lapindo.
Di tempat pengungsian itu masing-masing kepala keluarga dapet jatah satu "kamar". "Kamar" ini berukuran sekitar 2x2m. Kebayang nggak???kamar seluas itu diisi sisa harta benda mereka berikut penghuni-penghuninya. Pastinya sangat tidak memadai.
Parahnya kamar-kamar itu tidak berdinding sama sekali. Bagi mereka yang masih punya uang ya disekat pakai kayu triplek. Tapi bagi mereka yang tidak, ya cukup ditutup dengan kain panjang putih yang disediakan pengelola. Dimana angin bisa bebas keluar masuk. Sayangnya, kebanyakan memang hanya menggunakan kain.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka tidur di malam hari dengan keadaan "kamar" seperti itu. Belum lagi kalau hujan datang.
Kondisi tempat lainnya pun sama saja. Beberapa diantara kami sempat menggunakan kamar mandi yang tersedia. Namun, ternyata harus antri panjang. Mencoba mencari kamar mandi lain ternyata sama saja, antri.
Kalau dihitung, jumlah kamar mandi disana memang tidak begitu banyak. Sedikit sekali malah. Mungkin hanya sepuluh. Dan itu digunakan untuk ribuan pengungsi.
Dengan kondisi seperti itu jangan salahkan mereka jika banyak dari mereka yang justru melakukan "rutinitas wajib"-nya di luar fasilitas, seperti selokan.
Di sepanjang jalan di dalam lokasi tersebut kami juga banyak melihat lembaran-lembaran plastik berisi karak yang sedang dijemur. Karak atau nasi kering tersebut terbuat dari nasi yang mereka dapatkan dari bantuan makanan yang dikirimkan oleh pemerintah ataupun LSM.
Bukan maksud mereka untuk membuat karak. Mereka hanya tidak ingin membuang nasi yang mereka terima, yang ternyata sudah basi. Hanya tidak ingin menyia-nyiakannya.
Di minggu berikutnya kami kembali ke lokasi. Berniat mengajarkan kepada mereka cara untuk mandiri agar bebas dari keadaan itu. Kami mengajarkan cara membuat pernak-pernik dari kain flanel dan manik-manik. Tak hanya ibu-ibu, anak-anak pun ikut belajar dan senang.
Hanya saja yang kami sayangkan, tak ada satupun dari mereka yang merespon niat kami. Mereka memang senang dengan materi yang kami ajarkan, tapi tidak berniat untuk mengembangkannya menjadi lebih.
Kami menyimpulkan bahwa mungkin saja mereka masih trauma & belum pulih betul dari bencana lumpur lapindo yang menimpa mereka.
Di saat kami sedang asyik memberikan materi, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara ribut dan kerumunan orang-orang. Kami pun menuju ke tempat keributan tersebut. Ternyata ada salah seorang pengungsi yang meninggal.
Saat kami menanyakan apa sebab meninggalnya, tidak ada yang tahu. Keluarganya bahkan berkata mereka tadi masih sempat berbincang dan tidak melihat gejala apapun.
Beberapa pengungsi pun bercerita bahwa pengungsi yang meninggal tersebut adalah orang ketiga yang meninggal tanpa sebab dalam beberapa minggu terakhir di tempat pengungsian.
Berapa banyak lagi yang harus meninggal dalam kondisi seperti ini????
Tahun 2011....
Sejak 25/5/2011 peneliti dari berbagai negara berkumpul di Surabaya membahas masalah lumpur lapindo ini. Bagaimana penyelesaiannya. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh LSM internasional, Humanitus Foundation.
Orang yang bukan warga negara Indonesia bisa tergerak untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka peduli, seolah-olah mereka itu adalah bagian dari negara ini. Tapi, gimana dengan kita? yang 100% warga negara Indonesia. Gimana dengan pemerintah? Gimana dengan PT. Lapindo???
Sementara itu, Profesor Wataru Tanikawa dari Japanese Research Institut mengatakan, munculnya gunung lumpur itu terjadi karena mekanisme tekanan yang berlebihan pada permukaan tanah akibat pengeboran. (m.kompas.com/ 2011/05/26)
Mau tahukah pemerintah dengan fakta baru ini? Apa pemerintah bisa dan mau mencekal lalu menyuruh PT. Lapindo untuk bertanggung jawab atas pengeboran yang sudah dilakukannya? pengeboran yang justru membuat bencana bagi warga sekitarnya.
Sementara itu hingga kini PT. Lapindo milik Aburizal Bakrie belum juga membayar ganti rugi pada warga yang menjadi korban. Hingga akhirnya pada akhir April lalu pemerintah menalangi pembayaran ganti rugi sebesar Rp1,104 triliun. (Kok mau ya??? kan itu bukan tanggung jawabnya???)
Padahal seperti yang kita tahu keluarga Bakrie termasuk jajaran orang terkaya se-Asia, mungkin masih tetap menjadi orang kaya no.1 di wilayah Asia Tenggara. Harta kekayaannya pun sudah jelas jumlahnya, triliunan rupiah. Lalu, kenapa membayar ganti rugi yang hanya 1-2 triliun saja nggak mampu???
Entah sengaja atau tidak tapi bagi saya itu seperti pelemparan tanggung jawab yang dilakukan secara halus.
Dan sekarang saya yakin kalau PT. Lapindo tidak akan membayar ganti rugi, karena sudah ada yang menggantikannya untuk memegang tanggung jawab itu.
(Sumber berita : m.okezone.com, m.kompas.com)
Tahun 2007...
Mata kuliah Komunikasi & Pembangunan mengharuskan kami, para mahasiswa, untuk mencari lokasi yang cocok untuk dikembangkan. Saya bersama kelompok (Tiara, Fitri, Sapi, Rani, Ponca, Agenk, Stalon) memilih lumpur lapindo untuk tempat PKL kali ini.
Cewek-cewek berangkat ke lokasi naik komuter, yang cowok bawa motor. Beberapa berangkat dari stasiun Gubeng, dan aku berangkat dari stasiun Waru. Janjian ketemu di komuter (untung aja bisa ketemu..hehe ^^).
Kami turun di stasiun Porong terus jalan kaki ke Pasar Baru Porong yang udah diubah jadi tempat pengungsian korban lumpur lapindo.
Di tempat pengungsian itu masing-masing kepala keluarga dapet jatah satu "kamar". "Kamar" ini berukuran sekitar 2x2m. Kebayang nggak???kamar seluas itu diisi sisa harta benda mereka berikut penghuni-penghuninya. Pastinya sangat tidak memadai.
Parahnya kamar-kamar itu tidak berdinding sama sekali. Bagi mereka yang masih punya uang ya disekat pakai kayu triplek. Tapi bagi mereka yang tidak, ya cukup ditutup dengan kain panjang putih yang disediakan pengelola. Dimana angin bisa bebas keluar masuk. Sayangnya, kebanyakan memang hanya menggunakan kain.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka tidur di malam hari dengan keadaan "kamar" seperti itu. Belum lagi kalau hujan datang.
Kondisi tempat lainnya pun sama saja. Beberapa diantara kami sempat menggunakan kamar mandi yang tersedia. Namun, ternyata harus antri panjang. Mencoba mencari kamar mandi lain ternyata sama saja, antri.
Kalau dihitung, jumlah kamar mandi disana memang tidak begitu banyak. Sedikit sekali malah. Mungkin hanya sepuluh. Dan itu digunakan untuk ribuan pengungsi.
Dengan kondisi seperti itu jangan salahkan mereka jika banyak dari mereka yang justru melakukan "rutinitas wajib"-nya di luar fasilitas, seperti selokan.
Di sepanjang jalan di dalam lokasi tersebut kami juga banyak melihat lembaran-lembaran plastik berisi karak yang sedang dijemur. Karak atau nasi kering tersebut terbuat dari nasi yang mereka dapatkan dari bantuan makanan yang dikirimkan oleh pemerintah ataupun LSM.
Bukan maksud mereka untuk membuat karak. Mereka hanya tidak ingin membuang nasi yang mereka terima, yang ternyata sudah basi. Hanya tidak ingin menyia-nyiakannya.
Di minggu berikutnya kami kembali ke lokasi. Berniat mengajarkan kepada mereka cara untuk mandiri agar bebas dari keadaan itu. Kami mengajarkan cara membuat pernak-pernik dari kain flanel dan manik-manik. Tak hanya ibu-ibu, anak-anak pun ikut belajar dan senang.
Hanya saja yang kami sayangkan, tak ada satupun dari mereka yang merespon niat kami. Mereka memang senang dengan materi yang kami ajarkan, tapi tidak berniat untuk mengembangkannya menjadi lebih.
Kami menyimpulkan bahwa mungkin saja mereka masih trauma & belum pulih betul dari bencana lumpur lapindo yang menimpa mereka.
Di saat kami sedang asyik memberikan materi, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara ribut dan kerumunan orang-orang. Kami pun menuju ke tempat keributan tersebut. Ternyata ada salah seorang pengungsi yang meninggal.
Saat kami menanyakan apa sebab meninggalnya, tidak ada yang tahu. Keluarganya bahkan berkata mereka tadi masih sempat berbincang dan tidak melihat gejala apapun.
Beberapa pengungsi pun bercerita bahwa pengungsi yang meninggal tersebut adalah orang ketiga yang meninggal tanpa sebab dalam beberapa minggu terakhir di tempat pengungsian.
Berapa banyak lagi yang harus meninggal dalam kondisi seperti ini????
Tahun 2011....
Sejak 25/5/2011 peneliti dari berbagai negara berkumpul di Surabaya membahas masalah lumpur lapindo ini. Bagaimana penyelesaiannya. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh LSM internasional, Humanitus Foundation.
Orang yang bukan warga negara Indonesia bisa tergerak untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka peduli, seolah-olah mereka itu adalah bagian dari negara ini. Tapi, gimana dengan kita? yang 100% warga negara Indonesia. Gimana dengan pemerintah? Gimana dengan PT. Lapindo???
Sementara itu, Profesor Wataru Tanikawa dari Japanese Research Institut mengatakan, munculnya gunung lumpur itu terjadi karena mekanisme tekanan yang berlebihan pada permukaan tanah akibat pengeboran. (m.kompas.com/ 2011/05/26)
Mau tahukah pemerintah dengan fakta baru ini? Apa pemerintah bisa dan mau mencekal lalu menyuruh PT. Lapindo untuk bertanggung jawab atas pengeboran yang sudah dilakukannya? pengeboran yang justru membuat bencana bagi warga sekitarnya.
Sementara itu hingga kini PT. Lapindo milik Aburizal Bakrie belum juga membayar ganti rugi pada warga yang menjadi korban. Hingga akhirnya pada akhir April lalu pemerintah menalangi pembayaran ganti rugi sebesar Rp1,104 triliun. (Kok mau ya??? kan itu bukan tanggung jawabnya???)
Padahal seperti yang kita tahu keluarga Bakrie termasuk jajaran orang terkaya se-Asia, mungkin masih tetap menjadi orang kaya no.1 di wilayah Asia Tenggara. Harta kekayaannya pun sudah jelas jumlahnya, triliunan rupiah. Lalu, kenapa membayar ganti rugi yang hanya 1-2 triliun saja nggak mampu???
Entah sengaja atau tidak tapi bagi saya itu seperti pelemparan tanggung jawab yang dilakukan secara halus.
Dan sekarang saya yakin kalau PT. Lapindo tidak akan membayar ganti rugi, karena sudah ada yang menggantikannya untuk memegang tanggung jawab itu.
(Sumber berita : m.okezone.com, m.kompas.com)
Thursday, May 26, 2011
TRY IT!!!
Udah baca PETIR sama AKAR-nya Dee. Udah lama sih bacanya, tapi baru mau posting sekarang.
Dari ketiga supernova buatan Dee ini aku paling suka sama PETIR. Suka sama karakter Elektra. Tipe orang yang mau berusaha, mau mencoba segala sesuatu dan nekat (tapi nggak asal-asalan), meskipun dia nggak tahu bakal berakhir dimana.
Yang penting dia tahu apa yang dia inginkan, mewujudkannya dan memegang teguh prinsip.
Inspired. Karena nggak gampang buat bener-bener tahu apa yang kita pengen. Sekalipun tahu, belum tentu kita bisa mewujudkannya. Bukan karena tidak bisa tapi kebanyakan karena kita sendiri yang tidak mau.
Keinginan tanpa kemauan nggak akan ada artinya. Kemauan tanpa tindakan = percuma.
Aku udah ngebuktiin ko! di beberapa postingan lalu aku pernah bilang kan kalau aku pengen banget bisa bahasa Jepang. Ternyata pengen aja nggak cukup. Buktinya bertahun-tahun pengen aku belum juga bisa bahasa Jepang. Yang dijadiin alesan ya macem-macem. Mulai dari biaya les mahal, nggak punya duit, tempat les jauh, jam les nggak sesuai.
Tapi akhirnya aku sadar juga dan mau bertindak dan bener-bener do action!
Aku browsing tempat les bahasa Jepang di Surabaya, terus datengin satu-satu buat nanya biaya & jadwal. Ternyata mau les Jepang aja nggak gampang lo. Coz aku daftar dari sekitar bulan November baru mulai les Mei ini. Ini emang karena peminat bahasa Jepang nggak banyak, tapi bersabarlah...pasti dapet yang terbaik.
Ini memang cuma contoh kecil tapi intinya semua keinginan bisa terwujud asal kita mau dan berusaha mewujudkannya.
Nggak ada salahnya kok mencoba. Toh, kalau kamu gagal nggak akan ada yang bakal menyalahkanmu. Jadi, kamu nggak akan rugi apa-apa. Malah kalau kamu berhasil bisa bikin bangga, gak cuma kamu tapi juga orang lain.
Tipsnya:
1. Yakin sama diri kamu sendiri kalo jalan yang kamu pilih bener. (kalo nggak berarti bukan itu yang kamu pengen)
2. Persiapkan rencana dengan matang and then....GO!!!!
3. Do the Best
4. Pasrahkan hasilnya sama Tuhan (ingat!manusia boleh berusaha, Tuhan yang menentukan)
Nah, aku udah coba. KAMU???
Dari ketiga supernova buatan Dee ini aku paling suka sama PETIR. Suka sama karakter Elektra. Tipe orang yang mau berusaha, mau mencoba segala sesuatu dan nekat (tapi nggak asal-asalan), meskipun dia nggak tahu bakal berakhir dimana.
Yang penting dia tahu apa yang dia inginkan, mewujudkannya dan memegang teguh prinsip.
Inspired. Karena nggak gampang buat bener-bener tahu apa yang kita pengen. Sekalipun tahu, belum tentu kita bisa mewujudkannya. Bukan karena tidak bisa tapi kebanyakan karena kita sendiri yang tidak mau.
Keinginan tanpa kemauan nggak akan ada artinya. Kemauan tanpa tindakan = percuma.
Aku udah ngebuktiin ko! di beberapa postingan lalu aku pernah bilang kan kalau aku pengen banget bisa bahasa Jepang. Ternyata pengen aja nggak cukup. Buktinya bertahun-tahun pengen aku belum juga bisa bahasa Jepang. Yang dijadiin alesan ya macem-macem. Mulai dari biaya les mahal, nggak punya duit, tempat les jauh, jam les nggak sesuai.
Tapi akhirnya aku sadar juga dan mau bertindak dan bener-bener do action!
Aku browsing tempat les bahasa Jepang di Surabaya, terus datengin satu-satu buat nanya biaya & jadwal. Ternyata mau les Jepang aja nggak gampang lo. Coz aku daftar dari sekitar bulan November baru mulai les Mei ini. Ini emang karena peminat bahasa Jepang nggak banyak, tapi bersabarlah...pasti dapet yang terbaik.
Ini memang cuma contoh kecil tapi intinya semua keinginan bisa terwujud asal kita mau dan berusaha mewujudkannya.
Nggak ada salahnya kok mencoba. Toh, kalau kamu gagal nggak akan ada yang bakal menyalahkanmu. Jadi, kamu nggak akan rugi apa-apa. Malah kalau kamu berhasil bisa bikin bangga, gak cuma kamu tapi juga orang lain.
Tipsnya:
1. Yakin sama diri kamu sendiri kalo jalan yang kamu pilih bener. (kalo nggak berarti bukan itu yang kamu pengen)
2. Persiapkan rencana dengan matang and then....GO!!!!
3. Do the Best
4. Pasrahkan hasilnya sama Tuhan (ingat!manusia boleh berusaha, Tuhan yang menentukan)
Nah, aku udah coba. KAMU???
Traveling kmana niiiih
Tanggal 3 juni besok dijadiin hri cuti bersama. Karena bakal potong jatah cuti jadi aku pengen nggak nyia-nyiain liburan kali ini.
Pengennya sih ke Bali, si v3 yang ngajakin, tapi ko dia agak-agak nggak jelas yaaa???si intan sih ngajakin ke Mataram. Kalo aku oke-oke aja...tapi stelah ngecek harga tiket...ternyata tanggal segituan harga tiket muahaaaal....hikz
Jadi bingung mau kemana nih. Tapi aku nggak pengen buang cuti yang dipaksa ambil ini jadi sia-sia. aaaargh.....!!!!
..............i need HEEELP..........
Pengennya sih ke Bali, si v3 yang ngajakin, tapi ko dia agak-agak nggak jelas yaaa???si intan sih ngajakin ke Mataram. Kalo aku oke-oke aja...tapi stelah ngecek harga tiket...ternyata tanggal segituan harga tiket muahaaaal....hikz
Jadi bingung mau kemana nih. Tapi aku nggak pengen buang cuti yang dipaksa ambil ini jadi sia-sia. aaaargh.....!!!!
..............i need HEEELP..........
Wednesday, May 18, 2011
Gamsahabnida
dr. kim hyun, gamsahabnida...thank you for your time...n sorry for disturbing you...
next time i will learn how to read the situation...i swear!!!
once again...gamsahabnida
next time i will learn how to read the situation...i swear!!!
once again...gamsahabnida
Subscribe to:
Posts (Atom)